Chapter 70: Serangan Balasan
Setelah memberi pelajaran pada Bagus, Randika langsung menuju ruangannya.
Tentu saja, Randika tidak peduli efek apa yang akan timbul dari kejadian barusan. Baginya Bagus adalah sebuah batu kerikil, buat apa dirinya mempedulikan hal kecil seperti itu?
Kejadian di lantai 1 tadi sudah menyebar di seluruh perusahaan. Semua orang takjub bahwa suami dari pemimpin mereka tidak menciut di hadapan perusahaan besar seperti perusahaan Galaksi. Hal seperti inilah yang membuat mereka semakin bersemangat bekerja.
Namun pada siang hari, mereka semua terkejut dengan pemandangan di depan gedung mereka.
Puluhan orang berjas hitam dengan kacamata hitam sedang berbaris rapi di depan gedung. Mereka seperti para FBI yang siap menangkap buronan internasional.
"Hei ada apa ini!" Semua orang penasaran dengan kehadiran para orang berjas hitam tersebut.
"Hush jangan lihat! Nanti kau terlibat masalah!" Dengan cepat temannya mengajak pergi dari gedung dan makan di luar.
Para petugas keamanan sudah bersiaga sejak tadi. Selama orang-orang tersebut bergerak, mereka akan menelepon polisi.
Keamanan dari perusahaan Cendrawasih tidak terlalu bagus ditambah lagi mereka tidak punya senjata jadi pilihan terbaik adalah memanggil polisi untuk situasi berbahaya seperti ini.
Bagus, yang berdiri di paling belakang, menatap gedung di hadapannya dengan tatapan penuh amarah. Mukanya masih bengkak parah.
"Jika aku tidak bisa membuat orang itu mati, selamanya penghinaan ini tidak akan pernah hilang." Hanya dengan satu sapuan tangan dari Bagus, semua orang berbaju hitam itu segera bergerak menuju lobi gedung.
Melihat barisan orang itu maju, para petugas keamanan segera mencegat. "Apa yang hendak kalian lakukan! Berhenti atau kami akan memanggil polisi!"
Para pengawal Bagus ini tidak mempedulikannya dan masuk begitu saja. Para petugas keamanan ini tidak bisa mencegah mereka, lebih tepatnya mereka semua ketakutan.
Satu menit sebelum mereka masuk, seorang resepsionis mencegat seorang pria tinggi besar dan gemuk yang hendak menuju lift. "Maaf, Anda tidak bisa masuk."
"Kenapa aku tidak boleh masuk?" Wajah Indra terlihat bingung. "Aku hanya ingin bertemu dengan kakak seperguruanku."
"Siapa nama dari kakakmu itu?" Perempuan itu tidak bisa memahami perkataan pria gemuk ini. Ini adalah gedung perusahaan Cendrawasih, bukan tempat latihan ilmu bela diri.
"Oh!" Indra menggaruk-garuk kepalanya. "Kalau tidak salah, panggilannya adalah kak Randika di kota ini."
"Pak, kami tidak bisa mengijinkan bapak lewat kalau alasan kehadiran bapak tidak jelas." Resepsionis perempuan itu masih menggeleng-geleng melihat wajah bodoh Indra.
Namun di saat ini, Bagus dan para pengawalnya sedang berjalan menuju dirinya. Aura membunuh yang pekat dan orang-orang yang terlihat sangar itu membuat si resepsionis ketakutan.
Pada saat ini, kebetulan Randika ingin keluar mencari rujak. Ketika dia sampai di lobi, dia melihat Bagus dan teman-temannya sedang berjalan menuju lift dan seorang pria gemuk sedang berdiri di resepsionis.
Kenapa ada Indra di sini?
Randika berdiri terbeku di tempat, Bagus dengan cepat menyadari kehadiran Randika dan menunjuknya sambil berteriak, "Itu dia!"
Dalam sekejap, seluruh pengawal Bagus menerjang ke arah Randika.
Tidak peduli siapa orang itu, bagi pewaris perusahaan Galaksi tidak akan ada orang yang selamat setelah membuat dirinya malu!
Bagus menggertakan giginya. Sekarang dia membawa begitu banyak orang, kita lihat seberapa besar keberaniannya.
Di saat ini juga, Indra telah melihat kehadiran Randika dan berlari ke arahnya sambil tersenyum. "Kakak seperguruan!"
Ketika dia berlari, seluruh gedung seakan bergetar.
Tidak peduli seberapa lambat Indra, dia masih lebih cepat daripada para pengawal Bagus. Dalam sekejap dia sudah berada di hadapan Randika dan memeluknya. "Kakak seperguruan!"
Randika yang melayang tidak bisa berkata-kata. "Bukankah harusnya kau memanggilku kak Randika?"
"Tapi aku merasa kakak seperguruan lebih enak didengar." Kata Indra sambil tersenyum dan meletakkan Randika.
Pada saat ini para pengawal sudah hampir sampai dan semua pegawai yang ada di lobi sudah bersembunyi.
"Minggir dulu sebentar, orang-orang itu mau menghajarku. Biarkan kakakmu ini menghajar mereka dulu." Melihat salah satu musuhnya sudah berada tepat di belakang Indra, Randika memancarkan aura membunuhnya.
Dia sudah memberikan muka kepada Bagus dan dia malah menghampirinya, jangan salahkan jika kau mati!
"Ada orang yang berani menghajar kakak?" Indra segera membeku di tempat. "Kak, aku akan membantumu."
"Baik! Itu ada satu di belakangmu." Randika langsung memasang kuda-kuda menyerang.
Bagus, dari jauh, berteriak kencang. "Hei bocah gemuk! Minggir!"
Ketika Indra menoleh, dia melihat seorang pengawal sudah mengayunkan tongkat logamnya. Dalam sekejap, Indra menahan pergelangan tangannya dan mengangkat seluruh tubuhnya.
Orang tersebut terkejut, bisa-bisanya dia diangkat dengan mudah oleh orang gemuk itu? Lalu dalam sekejap, badannya terlempar ke arah kerumunan.
DUAK!
Sekitar 5 orang tersungkur karena temannya itu.
Namun, seorang pengawal berhasil memukul Indra tepat di perutnya. Yang mengejutkannya adalah ketika pukulannya mendarat, sebagian perut Indra terbenam dan dalam sekejap langsung memantul kembali seperti semula. Orang tersebut langsung terpental kuat dan menabrak salah satu temannya.
Puluhan pengawal melihat beberapa temannya sudah terkapar dan berhenti sejenak. Bagi mereka siapapun yang menghalangi tujuannya merupakan musuh, oleh karena itu mereka juga menerjang ke arah Indra.
Indra juga tidak tinggal diam, dia sekarang ikut menerjang ke arah para manusia berbaju hitam tersebut.
Bagaikan banteng yang menyerbu, tidak ada orang yang bisa menahan terjangan Indra. Terlebih lagi, daging Indra sangat tebal yang membuatnya tidak takut apa pun saat dia menerjang ke arah kerumunan tersebut.
Para pegawai Cendrawasih takjub melihatnya. Mereka semua melihat bahwa orang-orang kekar tersebut melayang dengan mudahnya, benar-benar sebuah pemandangan menakjubkan.
Ketika Indra melayangkan pukulan, seorang pasti terbenam di lantai ataupun melayang jauh. Sedangkan taktik lautan manusia musuh sangat tidak efektif. Setiap pukulan mereka tidak berpengaruh sama sekali malah justru mereka terpental karena dorongan tenaga dalam Indra.
"Buset, orang gemuk itu ganas sekali!" Semua orang terkagum melihat Indra yang begitu kuat. Apakah dia manusia?
Si resepsionis justru yang paling terkejut melihatnya, mulutnya yang menganga bisa muat sebuah semangka. Orang gemuk itu ternyata seorang ahli bela diri? Dia benar-benar tidak menyangka.
Bagus yang berdiri di paling belakang juga terlihat pucat. Siapa orang gemuk itu yang menghajar pengawalnya?
Ketika orang terakhir berhasil dihajarnya, seluruh ruangan menjadi sunyi. Yang terdengar sekarang adalah erangan kesakitan para pengawal yang tersungkur di lantai.
Semua menatap Indra dengan terkagum-kagum dan tidak menyangka orang segemuk itu bisa menghajar puluhan orang tanpa berkeringat!
"Kenapa kalian semua menatapku?" Wajah Indra masih terlihat polos dan bodoh. Dia menoleh ke sekelilingnya dan merasa resah ketika semua memperhatikan dirinya.
"Luar biasa!" Seseorang mulai bertepuk tangan dan semuanya juga mengikutinya. Dalam sekejap semua pegawai Cendrawasih bersorak dan bertepuk tangan sekaligus menghampiri Indra.
Indra tersipu malu, dia hanya bisa menikmati momen ini sambil menggaruk kepalanya. Dia lalu berkata sambil menahan malunya. "Kalian terlalu berlebihan memujiku, kakak seperguruanku jauh lebih kuat dariku."
"Hahaha siapa memangnya kakak seperguruanmu itu?" Suasana sukacita masih memenuhi lobi gedung ini.
Indra hanya menoleh dan menunjuk ke arah Randika sambil tersenyum. "Kakak seperguranku adalah kak Randika."
Dalam sekejap, semua pegawai melihat ke arah Randika.
Ha?
Semua orang terkejut sekali lagi. Orang gemuk ini saja sudah kuat seperti Dewa, suami Ibu Inggrid ini ternyata justru lebih kuat lagi?
Orang-orang yang sudah pernah melihat aksi Randika mulai menganggukan kepalanya. Mereka sudah tahu bahwa Randika memang bukan orang sembarangan tetapi mereka tidak tahu seberapa kuat aslinya Randika. Namun setelah pria gemuk ini mengatakan bahwa Randika jauh lebih kuat darinya, seberapa mengerikannya suami pimpinan mereka itu?
Namun, ekspresi para ahli parfum terlihat biasa saja. Sebelumnya mereka telah melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa Randika telah melompat dari lantai 5 dan masih bisa berlari dengan cepat. Mereka sudah menganggap Randika bukan manusia biasa.
Melihat tatapan kagum dan penasaran orang-orang, Randika sedikit tertawa puas di hatinya. Indra memang anak baik, dia tidak melupakan untuk mengagungkan kakak seperguruannya ketika dia sedang dipuji.
Perhatian semacam ini tidak buruk, bohong kalau Randika tidak menikmati perasaan ini.
Randika lalu berjalan sambil bertepuk tangan, "Hei Indra, aku tidak ingin menjadi pusat perhatian. Seharusnya kau merahasiakan fakta itu."
���Oh?" Indra tidak mengerti masalah rumit seperti itu dan hanya mengangguk.
Bagus yang berdiri diam masih tidak dapat percaya dengan semua ini.
Randika lalu menatap Bagus yang tidak jauh darinya. Bagus juga mendengar perkataan Indra barusan, seberapa kuat memangnya pria yang menghajarnya sampai babak belur itu?
Sekarang, ketika tatapan Randika jatuh di matanya, Bagus tidak bisa berhenti bergetar. Dia segera berputar dan ingin melarikan diri secepatnya.
"Berhenti!" Randika tiba-tiba berteriak keras.
Hal ini membuat Bagus yang sudah melangkahkan kakinya berhenti dan dia sudah menangis dalam hati.
Berjalan melewati banyak orang yang meringkuk kesakitan di lantai, Randika sampai di belakang Bagus dan berkata dengan nada datar. "Apakah aku menyuruhmu untuk pergi?"
"Ti… dak… " Bagus sudah tidak bisa berhenti gemetar. Jika dia tahu bahwa pria yang sedang dihadapinya sekuat ini, dia lebih baik bermain-main dengan perempuan Rusia yang dia bayar kemarin.
Para pengawal elitnya saja tidak bertahan 5 menit melawan pria gemuk itu, apabila mereka melawan Randika apakah akan jauh lebih cepat lagi?
Kemungkinan tersebut terus memenuhi benak Bagus, apakah hari ini dia akan mati?
"Hadap ke aku." Kata Randika dengan santai. "Semut sepertimu tidak pantas berdiri dan membelakangiku."
DUAK!
Bagus dengan cepat berlutut dan berurai air mata. "Tolong jangan bunuh aku! Masih ada cewek cantik lainnya yang sedang menungguku di luar sana, tolong ampuni aku!"
Melihat Bagus yang menangis itu, semua orang terkejut. Dia berani menerobos masuk ke sini dengan membawa pasukan dan sekarang dia meminta ampun atas nyawanya. Sehat?
Para perempuan yang mendengarnya ingin segera meludahinya, orang ini benar-benar mesum.
Randika juga jijik ketika mendengarnya. Rasanya pewaris dari Perusahaan Galaksi ini memiliki IQ yang rendah.
"Berdiri." Randika mulai lelah meladeni orang ini.
Bagus ragu-ragu awalnya namun ketika melihat tatapan tajam Randika dia langsung berdiri.
"Tolong jangan bunuh aku."
Ketika mereka sudah berhadap-hadapan, Randika lalu merogoh-rogoh sakunya sambil mengatakan. "Jangan khawatir, aku tidak akan membunuhmu. Aku hanya akan memberimu pelajaran supaya tidak akan menggangguku lagi."
"Aku tidak berani!" Bagus dengan cepat membantahnya, lawannya ini bagaikan setan jadi mana berani dia mendatanginya lagi.
"Itu perkataanmu tadi pagi tuan pewaris dari perusahaan Galaksi." Selesai mengatakannya, dia menusukkan jarum akupunturnya ke daerah dada Bagus.
Jarum tersebut langsung menyebarkan tenaga dalam Randika yang ada di dalamnya.
"Kau! Apa yang kau lakukan!" Bagus ketakutan, apakah ini momen terakhirnya?
"Jangan khawatir, kau tidak akan mati." Randika berkata dengan santai. "Hanya saja dalam sebulan ini kau akan merasakan sensasi tersengat ini beberapa kali dalam sehari."
Ketika dua jarum lagi tertusuk di dada Bagus, dalam sekejap dia merasakan sensasi tergigit semut merah di seluruh tubuhnya. Dalam sekejap dia berguling-guling kesakitan.
"AHHH!!"
Randika lalu mengangkat tubuh Bagus dan berbisik di telinganya. "Situasi ini akan berlangsung selama sebulan, jika aku tahu kalau kamu ataupun anak buahmu menggangguku, maka siksaan ini akan berlangsung selamanya."
Bagus yang masih kesakitan mengangguk dengan cepat. Ketika dia dilepas oleh Randika, dia dengan cepat berlari keluar dari gedung.
Hari ini benar-benar mimpi buruk baginya. Dia merasa bahwa ketika dirinya bertemu Randika di masa depan nanti, lebih baik dia bersembunyi saja.
"Kenapa kau bisa tahu tempat ini?" Randika menghampiri Indra dan membawanya keluar dari gedung. Dia tidak menyangka Indra bisa melacak keberadaannya.
"Aku sendiri tidak mengerti. Aku hanya melacak tenaga dalammu saja kak. Ah aku ingat! Aku ingin bertanya sesuatu tentang perkembangan jurusku kak. Jadi aku memutuskan untuk mencarimu." Indra berusaha menjelaskannya sederhana mungkin.
Tenaga dalam?
Randika lalu menampar dahinya. Dia menggunakan teknik ini untuk melacak keberadaan Brian, berarti Indra juga bisa melacak dirinya dengan cara yang sama.
Dengan begini, kedua murid seperguruan ini bisa melacak keberadaan satu sama lain.
"Apakah cuma karena itu saja kau ingin menemuiku?" Randika masih tidak habis pikir.
"Ah iya!" Indra teringat akan masalah terbesarnya. "Aku lapar kak, aku sudah tidak punya uang."
Mendengar hal itu Randika langsung menampar dahinya lagi. Sepertinya Indra telah dibohongi oleh seseorang dan menyerahkan semua uangnya ketika dia pergi makan untuk pertama kalinya.
Kehidupan kota memang kejam!