Chapter 79: Bab 79
"Aku yakin kita akan bertemu dengannya di masa depan."
"Tapi aku tidak tahu apakah dia akan menyerangku lagi atau tidak." Vermillion tersenyum.
"Sayangku, kamu diserang oleh orang itu?"
"Lain kali kita bertemu dengannya, kita akan membunuhnya." Minamoto berkata dengan suara bermusuhan.
"Jika ingin melawannya, serahkan saja padaku." Tatsumaki menatap kepada Minamoto sambil berkata dengan penuh percaya diri.
"Aku sangat ahli dalam menyerang orang dengan meteorit."
"Jika kamu benar-benar ingin, maka aku akan membiarkanmu melawannya." Vermillion mengelus rambut halus Tatsumaki.
Membayangkan Tatsumaki melawan Fujitora, Vermillion menjadi sangat tertarik.
Tidak seperti ketika dia pertama kali bertemu dengan Masternya, kini Tatsumaki tak lagi mencoba melawan perilakuan lembut Vermillion.
"Karena Vermillion telah membuat keputusan, maka aku tidak akan melawan pria bernama Fujitora itu." Minamoto tidak keberatan untuk membiarkan Tatsumaki melawan Fujitora.
Tapi, jika dirinya bertemu dengan Fujitora sendirian, maka dia akan tetap melawannya.
"Nampaknya masih perlu beberapa waktu sebelum kita mencapai pulau selanjutnya. Aku akan istirahat dulu." Vermillion berjalan menuju Tsunade yang sedang beristirahat di kursi jemur.
"Cukup melelahkan setelah menurunkan meteorit dari luar angkasa. Tsunade, bisakah kamu memberiku pijat kepala?" Vermillion berbaring telentang di atas tubuh Tsunade, menikmati tempat tidur empuk tersebut.
Tersenyum, Tsunade menggerakkan tangannya ke kepala Vermillion. Chakra hijau mulai menyelimuti tangannya, kemudian Chakra itu mulai menyembuhkan kelelahan pria itu.
Vermillion yang menerima perlakuan lembut ini mulai tertidur lelap.
Tsunade menyesuaikan tubuhnya agar Vermillion dapat berbaring dengan lebih nyaman, kemudian dia memijat beberapa bagian tubuh pria itu.
Beberapa hari ini dia telah meningkatkan kemampuan pijatnya, berkat kemampuan ini, Vermillion lebih sering menemuinya, ini adalah win-win!
Memperhatikan perlakuan Tsunade kepada Vermillion, Minamoto memutuskan untuk belajar kemampuan yang sama di masa depan.
"Sungguh pria yang aneh." Robin menggelengkan kepalanya.
Selama dia berada di kapal ini, dia menyadari bahwa para wanita di kapal memiliki kasih sayang yang besar terhadap Vermillion, dan masing-masing dari mereka juga cantik dan kuat.
Hal ini tentunya mengejutkan Robin, dia bertanya-tanya bagaimana pria ini dapat menarik perhatian banyak sekali wanita cantik.
Dia masih memiliki banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan, tapi melihat Vermillion yang telah tertidur lelap, dia mengurungkan niatnya.
Beberapa jam kemudian, kelompok Bajak Laut Drake akhirnya sampai di pulau tujuan mereka. Tsunade dengan lembut membangunkan Vermillion, "Vermillion, kita sudah sampai."
Membuka matanya secara perlahan, Vermillion memandang langit yang telah berbintang.
"Apakah sudah malam?"
"Ya. Vermillion, kamu tidur sangat lelap."
"Selain aku dan Drake yang masih ada di geladak, sisanya telah kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat."
"Ah, haha, maafkan aku Tsunade. Pijatanmu membuatku sangat nyaman, jadi aku ketiduran."
"Ngomong-ngomong, apakah tubuhmu terasa sakit?" Vermillion tersenyum malu. Toh dia telah tidur di atas tubuh Tsunade sejak siang.
Saat dia ingin berdiri, Tsunade tiba-tiba menarik lengannya, "Aku baik-baik saja. Kamu telah membuatku menjadi bantalmu, tidak baik jika kamu tiba-tiba ingin pergi."
Tersenyum menggoda, Tsunade melanjutkan, "Setidaknya biarkan aku membuatmu menjadi bantalku juga."
Setelah itu, Tsunade berbaring telentang di atas Vermillion. Dadanya menyentuh dada berotot Vermillion, rambut pirangnya yang tergerai serta bibirnya yang merah membuatnya tampil lebih dewasa dan cantik.
Berbaring di atas Vermillion benar-benar terasa sangat nyaman. Perlahan, Tsunade memejamkan matanya sambil menikmati momen-momen ini.
Mengelus rambut priang wanita manja ini, Vermillion mengiyakan keinginannya, "Tidak apa-apa, mau bantal atau apa-pun itu, aku bersedia."
Mendengar jawaban pria itu, Tsunade memeluk Masternya semakin erat.
"Drake, karena langit sudah malam, mari lanjutkan ke pulau itu besok. Mari kita beristirahat untuk malam ini."
"Baiklah." Drake mengangguk, mendekat ke arah Vermillion, Drake mencium pria itu lalu berjalan pergi.
"Kalian dapat terus beristirahat di sini, aku tidak akan mengganggu waktu kalian berdua, hehe."
Setelah Drake meninggalkan geladak, hanya Vermillion dan Tsunade yang tersisa.
Karena Vermillion sudah tidur siang, jadi dia tidak mengantuk. Berbaring, Vermillion memeluk Tsunade sambil melihat ke arah langit.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tsunade bertanya dengan penasaran.
"Apa yang sedang aku pikirkan? Aku merasa senang dapat bersamamu dan teman-teman yang lain." Jawab Vermillion sambil menatap bintang-bintang di langit.
"Saat pertama kali aku datang ke dunia ini, aku merasa sangat kesepian dan takut. Tapi semenjak kedatanganmu dan teman-teman yang lain, kesepian dan ketakutan itu itu akhirnya sirna."
"Suatu hari nanti, dengan bantuanmu dan yang lainnya, aku mungkin dapat mewujudkan impianku untuk mengubah dunia." Vermillion tersenyum, kemudian dia menyenandungkan lagu untuk Tsunade.
Tapi tiba-tiba ketenangan mereka terganggu oleh kedatangan perahu kecil yang berlayar mendekat menuju Golden Hind.
-----
read chapter 110 on;
patréon.com/mizuki77